Floating Image
Floating Image
Sabtu, 6 Desember 2025

Pasca-Chaos di Israel, Netanyahu Ditekan dari Banyak Penjuru


Oleh Margo Suko
20 Agustus 2025
tentang MANCA
Pasca-Chaos di Israel, Netanyahu Ditekan dari Banyak Penjuru - Ole

Warga Israel berunjuk rasa, ingin perang dihentikan.

498 views

Tel Aviv, OLE - Selepas chaos di Tel Aviv, situasi di Ibu kota Israel kini sulit diprediksi. Minggu kemarin, lebih dari 500.000 warga Israel turun ke jalan dalam aksi mogok nasional yang melumpuhkan ibu kota dan jalan utama menuju Yerusalem. 
 
Mereka menuntut diakhirinya perang di Gaza dan pembebasan segera para sandera yang masih ditahan Hamas. Aksi ini bentuk rasa frustrasi publik terhadap pemerintahan Benjamin Netanyahu, yang dianggap gagal menyelesaikan konflik dan justru memperpanjang penderitaan warga sipil. 
 
Di tengah tekanan domestik, Israel juga menghadapi isolasi diplomatik. Rencana pencaplokan Kota Gaza mendapat kecaman luas di Dewan Keamanan PBB, di mana AS memilih abstain dalam voting resolusi gencatan senjata. Banyak analis melihatnya sebagai sinyal Washington mulai menjauh dari dukungan mutlak terhadap Israel. 
 
Kubu Hamas mengecam rencana relokasi warga Gaza sebagai “gelombang baru genosida dan pengungsian”. Isu genosida membuat sekutu Zionis, Australia, menolak visa bagi diplomat Israel, yang langsung dibalas. Inggris lebih dulu mengusir Dubes Israel. Italia pun murka, usai sebuah gereja dibom IDF, tentara Israel. 
 
 
Sudahi Perang 
 
Suasana demonstrasi di Tel Aviv dipenuhi suara drum, teriakan slogan, dan ejekan terhadap Netanyahu. Ruby Chen, ayah dari tentara Israel-Amerika yang tewas dalam serangan Hamas, menyuarakan harapan damai. 
 
“Kitab Suci Yahudi berbicara tentang kehidupan Yahudi. Hidup lebih penting daripada balas dendam, dan itulah yang kami minta agar diingat oleh pemerintah ini,” ujarnya kepada NBC News. 
 
Baca Juga:  
 
Sementara itu, Gil Dickmann, sepupu dari salah satu sandera yang tewas, menyerukan aksi lebih keras. “Turun ke jalan dan tutup negara sampai semua orang kembali. Mereka masih bisa diselamatkan,” tulisnya di X, dikutip oleh CNBC
 
Ketegangan ini memperlihatkan retaknya hubungan strategis antara Israel dan AS. Di satu sisi, AS masih memasok senjata dan mendukung hak Israel untuk membela diri. Di sisi lain, tekanan politik domestik di AS dan opini publik yang semakin kritis terhadap perang Gaza membuat Washington lebih memilih jalur diplomatik dan kompromi. 
 
Israel, yang selama ini mengandalkan dukungan penuh AS, kini menghadapi kenyataan bahwa kepentingan sekutu bisa berubah seiring waktu dan tekanan global. 
 
Tusuk dari Belakang 
 
Situasi ini membuka babak baru dalam dinamika Timur Tengah. Israel terjebak antara tekanan internal, isolasi diplomatik, dan ancaman eksternal. Sementara Hizbullah, meski dilemahkan secara militer, tetap menjadi aktor penting yang tidak bisa diabaikan. 
 
AS, dalam posisi serba sulit, tampaknya memilih strategi penyeimbangan daripada konfrontasi langsung. Sikap ini dinilai Israel sebagai "menusuk kawan dari belakang." Pertanyaannya: apakah ini awal dari pergeseran tatanan aliansi lama, atau hanya jeda taktis dalam permainan geopolitik yang lebih besar? 
 

Margo Suko
Penulis

Margo Suko

Berita Lainnya dari MANCA