Pati, OLE - Bupati Pati, Sudewo, yang sempat viral karena menaikkan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB-P2) hingga 250 persen dan menantang warga untuk berdemo, akhirnya membatalkan kebijakan itu. Dalam konferensi pers di Pendopo Kabupaten Pati, Sudewo menyatakan bahwa keputusan itu diambil setelah mencermati dinamika sosial dan aspirasi masyarakat.
“Saya minta maaf atas kegaduhan yang terjadi dan akan mengembalikan kelebihan pembayaran pajak kepada warga yang sudah terlanjur membayar,” ujar Sudewo, yang sempat dilempari warga saat ikut pawai kegiatan di depan kantor Bupati.
Perubahan sikap Sudewo memicu spekulasi soal tekanan politik, mengingat ia merupakan kader Partai Gerindra. “Pembatalan ini bukan karena tekanan partai, melainkan demi menciptakan situasi kondusif,” kilahnya.
Namun sejumlah pengamat menilai sebaliknya. Ari Junaedi, doktor komunikasi politik dari Universitas Indonesia, menyebut Sudewo sebagai pemimpin “waton suloyo”—asal bicara tanpa dasar. “Perubahan sikapnya itu bentuk respons terhadap tekanan publik dan partai,” kata Ari.
Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, yang juga berasal dari Gerindra, turut angkat suara. “Hendaknya para kepala daerah tidak bersikap arogan dan lebih menghargai aspirasi masyarakat. Polemik ini sebagai pelajaran penting agar kebijakan publik tidak menimbulkan keresahan sosial. Saya merekomendasikan pembatalan kebijakan itu demi menjaga kondusivitas wilayah,” ujarnya.
Tokoh masyarakat lokal pun memberikan komentar beragam. Teguh Istiyanto dari Aliansi Masyarakat Pati Bersatu, Mainggu (10/8/2025) menegaskan, “Pembatalan pajak bukan akhir dari perjuangan. Tuntutan warga kini bergeser ke desakan agar Sudewo mundur dari jabatan. Gaya komunikasi Sudewo selama krisis terlalu menantang dan tidak merangkul warga.”
Meski kebijakan pajak telah dibatalkan, dampaknya masih terasa. Sejumlah proyek infrastruktur dan perbaikan RSUD Soewondo yang semula direncanakan, kini terpaksa ditunda karena kekosongan anggaran. Publik pun menanti apakah Sudewo akan benar-benar belajar dari krisis ini, atau hanya sekadar meredam gejolak sementara.